Jumat, 07 Maret 2014

Geerasiku Anti Korupsi, Why Not?





                   Mau dibawa kemana Negara kita?    
                     Jika DPR begitu saja…
                     Suap, korupsi, merajalela…
                     Mau dibawa kemana Negara kita?
                     Rakyat tak mau percaya lagi…
                     Tanpa ada tindakan pasti…
                     Tuk hentikan korupsi…
                     “ Armada Band- Mau Dibawa Kemana? {plesetan}”
            Kutipan lagu hasil plesetan di atas mungkin bisa menjadi bahan introspeksi pada diri pejabat akhir-akhir ini. Lagu yang terdengar lucu, menggelitik, sekaligus kritis, bukan? Kritikan yang bisa jadi membuat hati rakyat  semakin kesal pada ‘manusia-manusia yang berdasi di kantor pemerintahan’. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari rakyat Negara kita dicekoki oleh pemberitaan penggelapan uang (dibaca:korupsi) baik melalui media komunikasi elektronik seperti televisi dan radio maupun media cetak seperti surat kabar dan majalah.
            Miris memang, namun begitulah kenyataannya. Beberapa  wakil rakyat di kantor pemerintahan sana, seakan stay cool, tutup telinga, dan tertawa melihat keadaan rakyat yang kian merana.
            Kalau Indonesia mau memberantas korupsi, kita bisa sedikit belajar dari negeri tirai bambu, China. Perdana menteri China Zhu Rongji, tak segan-segan memberi hukuman berat bagi pelaku korupsi di negaranya, bahkan ia pernah berkata ‘untuk melenyapkan korupsi, saya menyiapkan 100 peti mati’  demikian kalimat terkenal yang diucapkan oleh beliau pada pelantikannya Maret 1998. Tak mau disebut sebagai orang yang hanya bisa berkata-kata beliau menambahkan ’99 untuk para koruptor dan 1 untuk saya bila saya berbuat sama’ ucapan ini membuktikan kesungguhan beliau dalam meghindari tindak korupsi, tidak hanya asal bicara, namun beliau juga memberikan aksi yang nyata seperti apa yang beliau ucapkan.
            berbeda dengan Indonesia yang mempropagandakan hidup sederhana sejak tahun 1952 oleh PM Wilopo, kemudian diulangi oleh mantan presiden soeharto tahun 1974, tetapi sampai detik ini korupsi justru menjalar dari ibukota sampai ke dusun-dusun. Menurut salah satu surat kabar di tahun 2008 menulis bahwa ada ada banyak cara dan upaya para pejabat atau penyelenggara Negara di berbagai lembaga, badan, maupun instansi untuk melakukan penyimpangan sampai penyelewengan uang Negara.
Setidaknya ada sebelas modus yang sudah tercium sebagai praktik korupsi tersebut, diantaranya :
1.      Pemberian bantuan partisipasi
2.      Bantuan perjalanan
3.      Bantuan hubungan baik
4.      Bantuan perawatan kesehatan
5.      Bantuan kegiatan
6.      Bantuan apresiasi
7.      Bantuan pembuatan rancangan UU
8.      Bantuan kegiatan kunjungan
9.      Bantuan untuk pemangku kepentingan
10.  Bantuan dalam kelayakan dan kepatutan
11.  Bantuan penempatan pegawai
            Berbagai kasus dan konflik yang menimpa bangsa-bangsa yang memiliki hamparan pulau dari sabang sampai merauke dan luas sekitar dua juta kilometer persegi ini sudah tentu mengancam perkembangan ekonomi rakyatnya. Sudah seperti ini, masih ditambah beberapa aksi korupsi yang secara tidak langsung berdampak pada ekonomi rakyatnya. Karena apa? Karena mereka mengambil hak yang  bukan seharusnya menjadi hak mereka.
Pola hidup hedonisme atau berorientasi pada kebendaan kini amat mewabah. Kalangan remaja menjadi sasaran empuk untuk terjebak menjadi hedonis, padahal mereka adalah generasi pewaris negeri kita. Bagaimana tidak? Lihat saja tayangan televisi berupa sinetron, iklan, dan film layar lebar kita, hampir sebagian besar memberikan panutan hidup mewah nan penuh prestise, ini berimbas pada generasi muda menjadi malu atau tidak percaya diri tampil apa adanya atau menjadi diri sendiri. Apabila sejak usia dini seseorang diajarkan hidup dalam kesederhanaan, tentu setiap manusia akan bisa mensyukuri apa-apa yang mereka miliki. Banyak orang menganggap pola hidup sederhana identik dengan kemiskinan. Sederhana berarti tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan. Tapi meskipun kedengarannya mudah, justru menerapkan pola hidup yang sederhana bisa menjadi amat sulit untuk sebagian orang.

Terlebih sejak usia dini sudah melakukan hal-hal yang tidak baik seperti mencontek ketika ulangan. Hal tersebut menanam rasa tidak percaya diri dan tidak jujur, dan pada akhirnya ketika sudah dewasa akan berbuat hal yang sama juga, karena sudah terbiasa secara diam-diam mengambil sesuatu yang bukan seharusnya milik mereka. Bayangkan saja? Mereka diajarkan berbohong sejak kecil, otomatis mereka seakan sudah terbiasa melakukannya dan semakin hari akan semakin professional.       
Untuk itu, penanaman jiwa yang bersih dan berkarakter baik itu sangat penting mengingat generasi muda adalah calon pewaris Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apabila diibaratkan seperti bangunan, maka apabila pondasi bangunan tidak kuat pasti bangunan itu tidak akan kokoh, dan sebaliknya apabila suatu bangunan dibangun dengan pondasi yang kuat, maka bangunan itu akan berdiri dengan kokoh.
Untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang kokoh tidaklah semudah membalik telapak tangan. Indonesia membutuhkan suatu mekanisme arah dan tujuan yang tepat. Berikut beberapa cara agar menghindarkan pemuda dari tindakan korupsi :
1.      Menjadi diri sendiri
Jika kita membaca buku karya Tetsuko Kuroyanagi yang berjudul Totto-chan: A Little Girl at The Window, yang memiliki arti setidaknya masih ada orang yang percaya bahwa setiap orang terlahir layaknya kertas putih alias dengan watak dan kepribadian baik. Hanya saja watak atau kepribadian tersebut kemudian dengan mudah bisa rusak karena beberapa pengaruh.
2.      Bersikap jujur
Pemimpin jujur adalah modal awal yang mutlak diperlukan. Oleh sebab itu upaya penanaman karakter kejujuran pada seseorang pelan-pelan akan berhasil tertanam makin lama makin dalam membentuk sifat, kebiasaan, dan kepribadian.
3.      Pandai menempatkan rasa peduli
Arti peduli sendiri adalah mepunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu (senasib, sehina, semalu, dsb) dan (rasa) setia kawan. Perasaan peduli muncul biasanya karena faktor kesetaraan atau kesamaan. Namun berbeda dengan orang yang tidak memiliki rasa peduli kepada sesama. Hal ini menyebabkan tidak adanya rasa solidaritas dan toleransi kepada sesama. Solidaritas harus ditempatkan pada posisi yang benar, yakni menegakkan kebenaran dan keadilan. Bukan kesewenangan atau mementingkan egois pribadi. Jika kita lihat pada sikap para koruptor, mungkin mereka merasa tidak peduli kepada rakyat-rakyat kecil yang sudak diambil haknya. Para koruptor hanya mementingkan diri sendiri dan tidak mau tahu apa yang akan terjadi pada rakyat yang diambil haknya.
4.      Membiasakan hidup disiplin
Apasih disiplin itu? Seberapa pentingkah? Disiplin berasal dari kata disciple yang berarti belajar. Sementara pengertian disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Meskipun terkesan memiliki arti yang sedrhana, namun dalam penerapannya di  kehidupan sehari-hari dibutuhkan latihan dan komitmen sungguh-sungguh. Latihan tersebut tak jarang disertai pemaksaan diri sendiri. Disiplin adalah kunci dari kesuksesan seorang pemimpin. Disiplin memang tidak mudah, tapi dengan latihan yang terus menerus, komitmen pada perencanaan yang telah dibuat, maka akan membentuk sebuah kebiasaan yang positif dan mampu melatih diri menjadi konsisten.
5.      Bertanggunug jawab
            Rasa tanggung jawab merupakan cirri individu yang bisa diandalkan. Berani bertanggung jawab berarti siap menanggung resiko atas perbuatannya. Tak usah takut memikul beban tanggung jawab, sebab dengan membiasakan diri bertanggung jawab berarti kamu siap menjadi pemimpin yang handal di masa depan

            Demikian halnya dalam upaya pencegahan meningkatnya perbuatan laknat bernama korupsi. Disini generasi muda berperan besar dalam mengatasi masalah tersebut dikarenakan mereka adalah generasi penerus yang memegang tombak kejayaan Indonesia di waktu yang akan datang. Oleh karena itu, sudah seharusnya pemuda Indonesia memberikan partisipasinya dalam pembangunan di Indonesia. Pembangunan tidak hanya pada istana, infrastruktur jalan, kantor atau gedung, melainkan juga pada pada karakter bangsa yang amat mendukung. Karakter ini yang nantinya dapat mengemban amanah negara agar lebih baik, menurunkan bahkan menghilangkan angka korupsi di Indonesia. Peran pemuda saat inilah yang bisa menentukan nasib bangsanya, diam bukan selalu berarti emas tetapi kita harus stand and act berdiri dan bertindak untuk kemakmuran tanah pancasila kita. Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu.


Daftar pustaka :

·         KPK. 2008. “Kedisiplinan Dapat Dilatih Dengan Komitmen”. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK).
·         KPK. 2008. “Mengapa Sulit Hidup Sederhana?”. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK).
·         KPK. 2008. “Belajarlah Dari China”. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK)
·         KPK. 2008. “Harus Pandai Menempatkan Rasa Peduli”. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK).
·         Setjen DPR RI. 2013. “Mengejar Ketertinggalan Dengan Berhenti Main-Main Anggaran”. Jakarta: Universitas Indonesia dan Biro Humas DPR RI.

·         Dinas Pendidikan Provinsi DIY. 2005. ”Impian Menuju Integrasi Bangsaku”. Yogyakarta: Dinas Pendidikan Provinsi DIY.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar