Mau dibawa kemana
Negara kita?
Jika DPR begitu saja…
Suap, korupsi, merajalela…
Mau dibawa kemana Negara
kita?
Rakyat tak mau percaya
lagi…
Tanpa ada tindakan pasti…
Tuk hentikan korupsi…
“
Armada Band- Mau Dibawa Kemana? {plesetan}”
Kutipan
lagu hasil plesetan di atas mungkin bisa menjadi bahan introspeksi pada diri
pejabat akhir-akhir ini. Lagu yang terdengar lucu, menggelitik, sekaligus
kritis, bukan? Kritikan yang bisa jadi membuat hati rakyat semakin kesal pada ‘manusia-manusia yang berdasi di kantor pemerintahan’. Bagaimana
tidak? Hampir setiap hari rakyat Negara kita dicekoki oleh pemberitaan
penggelapan uang (dibaca:korupsi) baik melalui media komunikasi elektronik
seperti televisi dan radio maupun media cetak seperti surat kabar dan majalah.
Miris memang, namun begitulah
kenyataannya. Beberapa wakil rakyat di kantor
pemerintahan sana, seakan stay cool,
tutup telinga, dan tertawa melihat keadaan rakyat yang kian merana.
Kalau Indonesia mau memberantas
korupsi, kita bisa sedikit belajar dari negeri tirai bambu, China. Perdana
menteri China Zhu Rongji, tak segan-segan memberi hukuman berat bagi pelaku
korupsi di negaranya, bahkan ia pernah berkata ‘untuk melenyapkan korupsi, saya
menyiapkan 100 peti mati’ demikian kalimat
terkenal yang diucapkan oleh beliau pada pelantikannya Maret 1998. Tak mau
disebut sebagai orang yang hanya bisa berkata-kata beliau menambahkan ’99 untuk para koruptor dan 1 untuk saya bila
saya berbuat sama’ ucapan ini membuktikan kesungguhan beliau dalam
meghindari tindak korupsi, tidak hanya asal bicara, namun beliau juga
memberikan aksi yang nyata seperti apa yang beliau ucapkan.
berbeda
dengan Indonesia yang mempropagandakan hidup sederhana sejak tahun 1952 oleh PM
Wilopo, kemudian diulangi oleh mantan presiden soeharto tahun 1974, tetapi
sampai detik ini korupsi justru menjalar dari ibukota sampai ke dusun-dusun. Menurut
salah satu surat kabar di tahun 2008 menulis bahwa ada ada banyak cara dan
upaya para pejabat atau penyelenggara Negara di berbagai lembaga, badan, maupun
instansi untuk melakukan penyimpangan sampai penyelewengan uang Negara.
Setidaknya
ada sebelas modus yang sudah tercium sebagai praktik korupsi tersebut,
diantaranya :
1. Pemberian
bantuan partisipasi
2. Bantuan
perjalanan
3. Bantuan
hubungan baik
4. Bantuan
perawatan kesehatan
5. Bantuan
kegiatan
6. Bantuan
apresiasi
7. Bantuan
pembuatan rancangan UU
8. Bantuan
kegiatan kunjungan
9. Bantuan
untuk pemangku kepentingan
10. Bantuan
dalam kelayakan dan kepatutan
11. Bantuan
penempatan pegawai
Berbagai
kasus dan konflik yang menimpa bangsa-bangsa yang memiliki hamparan pulau dari
sabang sampai merauke dan luas sekitar dua juta kilometer persegi ini sudah
tentu mengancam perkembangan ekonomi rakyatnya. Sudah seperti ini, masih
ditambah beberapa aksi korupsi yang secara tidak langsung berdampak pada
ekonomi rakyatnya. Karena apa? Karena mereka mengambil hak yang bukan seharusnya menjadi hak mereka.
Pola hidup hedonisme
atau berorientasi pada kebendaan kini amat mewabah. Kalangan remaja menjadi
sasaran empuk untuk terjebak menjadi hedonis, padahal mereka adalah generasi
pewaris negeri kita. Bagaimana tidak? Lihat saja tayangan televisi berupa
sinetron, iklan, dan film layar lebar kita, hampir sebagian besar memberikan
panutan hidup mewah nan penuh prestise, ini berimbas pada generasi muda menjadi
malu atau tidak percaya diri tampil apa adanya atau menjadi diri sendiri. Apabila
sejak usia dini seseorang diajarkan hidup dalam kesederhanaan, tentu setiap
manusia akan bisa mensyukuri apa-apa yang mereka miliki. Banyak orang
menganggap pola hidup sederhana identik dengan kemiskinan. Sederhana berarti
tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan. Tapi meskipun kedengarannya mudah,
justru menerapkan pola hidup yang sederhana bisa menjadi amat sulit untuk
sebagian orang.
Terlebih sejak usia
dini sudah melakukan hal-hal yang tidak baik seperti mencontek ketika ulangan.
Hal tersebut menanam rasa tidak percaya diri dan tidak jujur, dan pada akhirnya
ketika sudah dewasa akan berbuat hal yang sama juga, karena sudah terbiasa
secara diam-diam mengambil sesuatu yang bukan seharusnya milik mereka.
Bayangkan saja? Mereka diajarkan berbohong sejak kecil, otomatis mereka seakan
sudah terbiasa melakukannya dan semakin hari akan semakin professional.
Untuk
itu, penanaman jiwa yang bersih dan berkarakter baik itu sangat penting
mengingat generasi muda adalah calon pewaris Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Apabila diibaratkan seperti bangunan, maka apabila pondasi bangunan
tidak kuat pasti bangunan itu tidak akan kokoh, dan sebaliknya apabila suatu
bangunan dibangun dengan pondasi yang kuat, maka bangunan itu akan berdiri
dengan kokoh.
Untuk
dapat menciptakan sumber daya manusia yang kokoh tidaklah semudah membalik
telapak tangan. Indonesia membutuhkan suatu mekanisme arah dan tujuan yang
tepat. Berikut beberapa cara agar menghindarkan pemuda dari tindakan korupsi :
1.
Menjadi
diri sendiri
Jika kita
membaca buku karya Tetsuko Kuroyanagi yang berjudul Totto-chan: A Little Girl at The Window, yang memiliki arti setidaknya
masih ada orang yang percaya bahwa setiap orang terlahir layaknya kertas putih
alias dengan watak dan kepribadian baik. Hanya saja watak atau kepribadian
tersebut kemudian dengan mudah bisa rusak karena beberapa pengaruh.
2.
Bersikap
jujur
Pemimpin jujur
adalah modal awal yang mutlak diperlukan. Oleh sebab itu upaya penanaman
karakter kejujuran pada seseorang pelan-pelan akan berhasil tertanam makin lama
makin dalam membentuk sifat, kebiasaan, dan kepribadian.
3.
Pandai
menempatkan rasa peduli
Arti peduli
sendiri adalah mepunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu (senasib, sehina,
semalu, dsb) dan (rasa) setia kawan. Perasaan peduli muncul biasanya karena faktor
kesetaraan atau kesamaan. Namun berbeda dengan orang yang tidak memiliki rasa
peduli kepada sesama. Hal ini menyebabkan tidak adanya rasa solidaritas dan
toleransi kepada sesama. Solidaritas harus ditempatkan pada posisi yang benar,
yakni menegakkan kebenaran dan keadilan. Bukan kesewenangan atau mementingkan egois
pribadi. Jika kita lihat pada sikap para koruptor, mungkin mereka merasa tidak
peduli kepada rakyat-rakyat kecil yang sudak diambil haknya. Para koruptor
hanya mementingkan diri sendiri dan tidak mau tahu apa yang akan terjadi pada
rakyat yang diambil haknya.
4. Membiasakan hidup
disiplin
Apasih
disiplin itu? Seberapa pentingkah? Disiplin berasal dari kata disciple yang berarti belajar. Sementara
pengertian disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya
pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Meskipun terkesan
memiliki arti yang sedrhana, namun dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari dibutuhkan latihan dan
komitmen sungguh-sungguh. Latihan tersebut tak jarang disertai pemaksaan diri
sendiri. Disiplin adalah kunci dari kesuksesan seorang pemimpin. Disiplin
memang tidak mudah, tapi dengan latihan yang terus menerus, komitmen pada
perencanaan yang telah dibuat, maka akan membentuk sebuah kebiasaan yang
positif dan mampu melatih diri menjadi konsisten.
5. Bertanggunug jawab
Rasa
tanggung jawab merupakan cirri individu yang bisa diandalkan. Berani
bertanggung jawab berarti siap menanggung resiko atas perbuatannya. Tak usah takut
memikul beban tanggung jawab, sebab dengan membiasakan diri bertanggung jawab
berarti kamu siap menjadi pemimpin yang handal di masa depan
Demikian halnya dalam upaya pencegahan meningkatnya perbuatan
laknat bernama korupsi. Disini generasi muda berperan besar dalam mengatasi
masalah tersebut dikarenakan mereka adalah generasi penerus yang memegang
tombak kejayaan Indonesia di waktu yang akan datang. Oleh karena itu, sudah
seharusnya pemuda Indonesia memberikan partisipasinya dalam pembangunan di Indonesia.
Pembangunan tidak hanya pada istana, infrastruktur jalan, kantor atau gedung,
melainkan juga pada pada karakter bangsa yang amat mendukung. Karakter ini yang
nantinya dapat mengemban amanah negara agar lebih baik, menurunkan bahkan
menghilangkan angka korupsi di Indonesia. Peran pemuda saat inilah yang bisa
menentukan nasib bangsanya, diam bukan selalu berarti emas tetapi kita harus stand and act berdiri dan bertindak
untuk kemakmuran tanah pancasila kita. Jangan
tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan
kepada negaramu.
Daftar pustaka :
·
KPK. 2008.
“Kedisiplinan Dapat Dilatih Dengan Komitmen”. Jakarta: Komisi Pemberantasan
Korupsi(KPK).
·
KPK. 2008. “Mengapa
Sulit Hidup Sederhana?”. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK).
·
KPK. 2008. “Belajarlah
Dari China”. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK)
·
KPK. 2008. “Harus
Pandai Menempatkan Rasa Peduli”. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK).
·
Setjen DPR RI. 2013. “Mengejar
Ketertinggalan Dengan Berhenti Main-Main Anggaran”. Jakarta: Universitas
Indonesia dan Biro Humas DPR RI.
·
Dinas Pendidikan Provinsi
DIY. 2005. ”Impian Menuju Integrasi Bangsaku”. Yogyakarta: Dinas Pendidikan Provinsi
DIY.
0 komentar:
Posting Komentar